BAB III
MENGHINDARI AKHLAK TERCELA
A.
PENDALAMAN MATERI
Selanjutnya
Anda pelajari uraian berikut ini dan Anda kembangkan dengan mencari materi
tambahan dari sumber belajar lainnya
NIFAQ
1.
Pengertian Nifaq
Nifaq (hipokrit, bermuka dua) berasal dari kata النافقاء (naafiqaa’). Nifaq secara
bahasa (etimologi) berarti salah satu lubang tempat keluarnya yarbu’ (hewan
sejenis tikus) dari sarangnya, di mana jika ia dicari dari lobang yang satu,
maka ia akan keluar dari lobang yang lain. Dikatakan pula, ia berasal dari kata النفق(nafaq) yaitu lobang tempat
bersembunyi.Nifaq secara bahasa berarti ketidaksamaan antara lahir dan batin.
Nifaq menurut syara (terminologi) berarti menampakkan
keislaman dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan.Pelakunya
dinamakan munafik. Pada sisi pelakunya dapat berarti, manusia secara lahiriah
memperkenalkan dirinya seorang muslim dan mengaku beriman, tapi secara batin ia
adalah seorang kafir dan tidak memiliki keyakinan seperti apa yang
diucapkannya.Menurut al-Hafizh Ibnu Katsir mereka adalah orang-orang yang
keluar dari jalan kebenaran masuk ke jalan kesesatan. Karena itu Allah
memperingatkan dengan firman-Nya:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ
هُمُ الْفَاسِقُونَ (٦٧)
Sesungguhnya
orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. At Taubah: 67)
2.
Macam-macam
perilaku nifak
a. Nifaq ‘amaliy (perbuatan)
Nifaq ‘amaliy(nifak
kecil) yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang
munafiq, tetapi masih tetap ada iman di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak
menjadikan pelakunya keluar dari agama (murtad).Rasulullah menjelaskan
karakteristik pelaku nifak, perhatikan hadis berikut,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا
اؤْتُمِنَ خَانَ
Dari Abu Hurairah ra , ia berkata: Rasulullah
SAW bersabda: Ada tiga tanda orang
munafik; apabila berbicara ia berbohong, apabila berjanji ia mengingkari dan
apabila dipercaya ia berkhianat (HR. Muslim)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍ قَالَ,قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ
فِيهِ خَلَّةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَلَّةٌ مِنْ نِفَاقٍ حَتَّى يَدَعَهَا
إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا
خَاصَمَ فَجَرَ غَيْرَ
أَنَّ فِي حَدِيثِ سُفْيَانَ وَإِنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ
فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ النِّفَاقِ
Dari Abdullah bin Amru ra, ia berkata:Rasulullah SAW pernah
bersabda: Ada empat sifat yang bila dimiliki maka pemiliknya adalah munafik
murni. Dan barang siapa yang memiliki salah satu di antara empat tersebut, itu
berarti ia telah menyimpan satu tabiat munafik sampai ia tinggalkan. Apabila
berbicara ia berbohong, apabila bersepakat ia berkhianat, apabila berjanji ia
mengingkari dan apabila bertikai ia berbuat curang. (HR. Muslim)
b. Nifaq I’tiqadi (Keyakinan)
Yaitu nifaq besar, di mana pelakunya menampakkan keislaman,
tetapi menyembunyikan kekufuran. Jenis nifaq ini menjadikan pelakunya keluar
dari agama dan dia berada di dalam kerak Neraka. Allah menyifati para pelaku
nifaq ini dengan berbagai kejahatan, seperti kekufuran, ketiadaan iman,
mengolok-olok dan mencaci agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada
musuh-musuh untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ
فِي الدَّرْكِ الأسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا (١٤٥)
Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari
neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi
mereka. (QS. An-Nisa : 145)
3.
Tanda-tanda Pelaku Nifak
Pelaku nifak disebut dengan munafik. Adapun
tanda-tanda orang munafik seperti diterangkan dalam hadis Nabi Muhamad saw yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yaitu :
a. Bila Berbicara Dusta
Berdusta adalah
memberitakan sesuatu tidak sesuai dengan kebenaran, baik dengan ucapan maupun
dengan isyarat seperti menggelengkan kepala atau mengangguk. Dalam ajaran Islam, perbuatan dusta atau berbohong
sangat-sangat dicela. Jangan mudah berkata dusta walau dalam perkara-perkara
kecil. Karena demikian itu akan mengurangi kepercayaan orang kepada kita saat
kita menyampaikan kebenaran.Karenanya, Umat Islam diperingatkan secara umum
agar tidak berdusta.
إِنَّمَا يَفْتَرِي الْكَذِبَ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْكَاذِبُونَ (١٠٥)
Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang
yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang
pendusta.(QS. Al-Nahl: 105)
b. Bila
berjanji mengingkari
Janji adalah ucapan yang
menyatakan kesediaan atau kesanggupan untuk berbuat, melakukan sesuatu tetapi
tidak ditepati. Mengingkari janji berarti tidak menepati kesediaan atau
kesanggupan yang telah dibuat. Pada masalah ini,
terbagi kepada dua jenis: Pertama, seseorang berjanji padahal di dalam
niatannya tidak ingin menepatinya. Ini merupakan pekerti paling buruk.
وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنْقُضُوا الأيْمَانَ
بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ
مَا تَفْعَلُونَ (٩١)
Dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan
janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang
kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu).
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.(QS. Al-Nahl: 91)
Kedua, Berjanji pada dirinya untuk
menepati janji, kemudian timbul sesuatu, lalu mengingkarinya tanpa alasan.
Dalam hadits yang dikeluarkan Abu Daud dan at-Turmudzi dari hadits Zaid bin
Arqam, dari nabi SAW, beliau bersabda, “Bila seorang laki-laki
berjanji dan berniat menepatinya namun tidak dapat menepatinya, maka tidak
apa-apa baginya (ia tidak berdosa).”
c. Bila
dipercaya mengkhianati
Khianat adalah mengingkari tanggung jawab, berbuat tidak setia atau melanggar janji yang
telah dibuat. Secara umum, khianat artinya mengingkari tanggung jawab yang
telah dipercayakan, baik daang dari Allah maupun dari orang lain. Apabila seseorang diberi amanah, maka ia wajib
melaksanakannya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT,
إِنَّ اللَّهَ
يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا …(٥٨)
Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…” (QS.
An-Nisa’:58)
Khianat
terhadap amanah merupakan salah satu sifat munafik sebagaimana firman Allah
SWT,
وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ
وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ (٧٥)فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ
وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ (٧٦)فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى
يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
(٧٧)
“dan
diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya
jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada Kami, pastilah Kami akan
bersedekah dan pastilah Kami Termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah
Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan
karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu
membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka
sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri
terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka
selalu berdusta”. (QS. At-Taubah: 75-77)
d. Bila
Berseteru berbuat fajir
Makna fujur adalah keluar dari kebenaran secara sengaja sehingga
kebenaran ini menjadi kebatilan dan kebatilan menjadi kebenaran. Fajir dapat
diartikan juga dengan mempertahankan pendapat dengan cara apapun, termasuk
dengan membuat dalil-dalil palsu. Dan inilah yang menyebabkannya melakukan
dusta sebagaimana sabda Nabi SAW, “Berhati-hatilah
terhadap kedustaan, sebab kedustaan dapat menggiring kepada ke-fujur-an dan
ke-fujur-an menggiring kepada neraka.” Nabi SAW juga bersabda “Sesungguhnya laki-laki yang paling dibenci
Allah adalah yang paling suka berseteru dalam kebatilan.” Dan di dalam sunan Abi Daud, dari Ibnu ‘Umar, dari
nabi SAW, beliau bersabda, “Barangsiapa
yang berseteru dalam kebatilan padahal ia mengetahuinya, maka senantiasalah ia
dalam kemurkaan Allah hingga menghadapi sakaratul maut.” Di dalam riwayat lain, “Barangsiapa yang membantu dalam perseteruan secara
zhalim, maka ia akan mendapatkan kemurkaan dari Allah.”
4.
Nilai
Negatif perilaku
a.
Berbohong
Orang munafik berbohong ketika berbicara dan bersumpah atas
kebohongan yang diucapkannya.
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ
وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ
لَكَاذِبُونَ (١)
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka
berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul
Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar
Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya orang-orang munafik itu
benar-benar orang pendusta”.(QS. al-Munafiqun: 1)
b.
Malas
beribadah
Mereka melakukan shalat dengan rasa malas dan sangat
sedikit mengingat Allah Swt.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلاةِ قَامُوا
كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلا قَلِيلا (١٤٢)
“Sesungguhnya
orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka dan
apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di
hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (QS.
An Nisa: 142)
c.
Mengejek
orang beriman
Mereka mengejek orang-orang beriman demi menyukseskan
tujuan agama. Dan menilai mereka sebagai orang-orang bodoh yang tidak berakal.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ
كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لا يَعْلَمُونَ
(١٣)
‘Apabila dikatakan
kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah
beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah Kami sebagaimana
orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya
merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu’.(QS. Al Baqarah: 13)
d.
Menganggap
selain Allah ada penolong dan pemberi kemuliaan
Demi meraih kemuliaan mereka meminta tolong kepada orang
lain dan beranggapan dapat meraih kemuliaan selain kepada Allah Swt.
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
(١٣٨)الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا (١٣٩)
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa
mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil
orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka
Sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.(QS. AnNisa: 138-139)
e.
Mengaku
sebagai pelaku kebenaran
Menilai dirinya sebagai golongan yang mengedepankan
kebenaran sehingga membuat mereka tidak sudi merevisi pandangan dan
keyakinannya.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لا تُفْسِدُوا فِي الأرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ
مُصْلِحُونَ (١١)
“Dan
bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka
bumi". mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang
Mengadakan perbaikan”.(QS. Al Baqarah: 11)
f.
Bermanis
lidah
Mereka memiliki tampilan lahiriah yang indah dan ucapan
yang menarik tapi menipu. Tapi ucapan mereka tidak berasal dari pemahaman dan
iman.
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ
لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ
هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ (٤)
“Dan
apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. dan jika
mereka berkata kamu mendengarkan Perkataan mereka. mereka adalah seakan-akan
kayu yang tersandar mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras
ditujukan kepada mereka. mereka Itulah musuh (yang sebenarnya) Maka waspadalah
terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai
dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS. Al Munafiqun: 4)
g.
Pelaku
keburukan
Tidak melakukan kewajiban Amar Makruf dan Nahi Munkar,
bahkan sebaliknya memerintahkan yang munkar dan melarang yang makruf.
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ
بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ
فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (٦٧)
“orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah
sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan
mereka menggenggamkan tangannya mereka
telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang
munafik itu adalah orang-orang yang fasik”.(QS.
AtTaubah: 67)
5.
Akibat buruk sifat Nifak
Perbuatan nifak adalah salah satu perilaku
tercela, perbuatan nifak akan mendatangkan keburukan baik bagi pelaku nifak itu
sendiri ataupun bagi orang lain.
a. Bagi diri sendiri
1) Tercela dalam pandangan
Alloh swt. dan sesama manusia sehingga dapat menjatuhkan nama baiknya sendiri.
2) Hilangnya kepercayaan
dari orang lain atas dirinya.
3) Tidak disenangi dalamj
pergaulan hidup sehari-hari
4) Bisa mempersempit
jalan untuk memperoleh Rizqi kaqrena orang lain tidak mempercayainya lagi.
5) Mendapat siksa yang amat
pedih kelak di hari akhir
b. Bagi orang lain
1) Menimbulkan kekecewaan
hati sehingga dapat merusak hubungan persahabatan yang terjalin baik. Apabila
kekecewaan terlalu mendalam sehingga tidak mampu mengendalikan, tidak
mustahil terjadi tindakan-tindakan anarkhis.
2) Membuka peluang
munculnya fitnah karena ucapan dan perbuatannya yang tidak menentu.
3) Mencemarkan nama baik
keluarga dan masyarakat sekitarnya sehingga merasa malu karenanya.
6.
Menghindari
perilaku Nifak
a.
Bersikap jujur
Jujur
adalah salah satu sifat yang mulia, jujur berarti dapat menjaga amanah. Jujur
juga dapat diartikan berkata, bersikap atau bertingkah laku apa adanya tidak
dibuat-buat atau menutup nutupi dengan kebohongan. Berbohong jelas perbuatan dosa. Sebaliknya, berkata dan berperilaku
jujur/benar adalah wajib. Seorang yang jujur/benar pasti akan jauh dari
sifat-sifat munafik. Allah SWT berfirman,
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (١١٩)
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah,
dan jadilah kalian beserta orang-orang yang jujur/benar (QS.At Taubah: 119).
b.
Bersikap amanah
Amanah
artinya jujur atau dapat dipercaya. Secara bahasa amanah berarti segala sesuatu
yang dipercayakan atau kepercayaan. Amanah dapat diartikan titipan atau amanah
adalah segala sesuatu yang dibebankan Allah kepada manusia untuk dilaksanakan. Rasulullah dikenal sebagi orang yang paling terpercaya
dalam menjalankan amanah. Sejak kecil Nabi saw dikenal oleh penduduk
Makkah sebagai al-amin (orang yang jujur, dapat dipercaya). Kejujuran dan
amanah menjadi kunci sukses Nabi saw. sikap ini harus ditanamkan sejak dini
sehingga terhindar dari perilaku nifak.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ
تَعْلَمُونَ (٢٧)
“Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang
kamu mengetahui”. (QS Al Anfaal: 27).
c.
Meneguhkan perjanjian
Berjanji itu harus ditepati dan melanggar janji berarti
berdosa. Bukan sekedar berdosa kepada orang yang kita janjikan tetapi juga
kepada Allah. Ingkar janji itu merupakan sifat dan perbuatan syetan. Dan mereka
menggunakan janji itu dalam rangka mengelabuhi manusia dan menarik mereka ke
dalam kesesatan. Oleh karena itu Allah SWT telah memerintahkan kepada setiap
muslim untuk melaksanakan janji-janji yang pernah diucapkan.
وَلا تَتَّخِذُوا
أَيْمَانَكُمْ دَخَلا بَيْنَكُمْ فَتَزِلَّ قَدَمٌ بَعْدَ ثُبُوتِهَا وَتَذُوقُوا السُّوءَ
بِمَا صَدَدْتُمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (٩٤)
“Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu
di antaramu, yang menyebabkan tergelincir kaki (mu) sesudah kokoh tegaknya, dan
kamu rasakan kemelaratan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari
jalan Allah; dan bagimu azab yang besar”.(QS.
An Nahl : 94)
d.
Mengembangkan rasa
tanggung jawab
Allah memerintahkan seluruh hamba-Nya agar tidak mengikuti
sesuatu yang tidak ada ilmunya. Orang yang berbohong berarti telah
memperturutkan hawa nafsu untuk mengikuti apa yang tidak dia ketahui, dan hal
ini terlarang dengan tegas sebagaimana dalam firman-Nya:
وَلا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ
وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولا (٣٦)
“Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya”.(QS. Al Israa’:
36)
KERAS
HATI (PEMARAH)
1.
PengertianKeras Hati/ Ghadab (pemarah)
Kata ghadab secara
harfiah berarti marah atau pemarah. Marah dalam pengertian ghadab bersifat negatif.
Dengan istilah lain, ghadab (marah) yaitu merasa tidak senang dan panas hati
karena suatu sebab, seperti dihina dan lainnya. Marah secara umum mengakibatkan
terganggunya aktualisasi diri di dalam kehidupan kita atau marah merupakan penyakit
jiwa yang ada di dalam diri manusia.
عن أبي هريرة رضي الله عنه,أن رجلاً قال للنبي صلى الله عليه وسلم: أوصني،
قال: لا تغضب. فردد مراراً، قال: لا تغضب.
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa seorang laki-laki
berkata: "Berilah aku pesan". Rasulullah Saw bersabad: "Jangan
marah". Laki-laki itu mengulang permintaannya agar Rasulullah Saw
memberinya pesan, namun Rasulullah Saw tetap bersabda: "Jangan
marah". (HR. Bukhari)
Marah merupakan salah satu satu fitrah manusia yang muncul
ketika kebutuhan (needs) dan motif (motive) mereka terhalangi
atau terhambat untuk dipenuhi. Menurut
Imam Ghazali penyakit marah (ghadab) disebabkan oleh dominasi unsur api atau panas (al-hararah), yang mana unsur tersebut melumpuhkan peran unsur
kelembaban atau basah (al-ruthubah) dalam diri manusia. Hal ini telah disabdakan oleh
Rasulallah SAW. bahwa “Sesungguhnya marah itu bara api yang
dapat membakar lambung anak Adam. Ingatlah bahwa sebaik-baik orang adalah orang
yang melambatkan (menahan) amarah dan mempercepat keridhaan dan sejelek-jelek
orang adalah orang yang mempercepat amarah dan melambatkan ridha”. (HR. Ahmad dari Abu Sa’id al-Khudriy).
Al Quran memerintahkan setiap muslim untuk
menahan marah dan akan memperoleh ampunan Allah dan surga Allah,
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ
عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣)الَّذِينَ يُنْفِقُونَ
فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ
وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤)
“Dan bersegeralah
menuju ampunan dari Tuhan kalian dan surga yang lebarnya (seluas) langit dan
bumi yang disediakan bagi orang yang bertakwa, yaitu orang yang menginfakkan
(hartanya) di waktu lapang atau susah, dan orang-orang yang menahan amarah, dan
bersikap pemaaf kepada manusia, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat
baik” (Q.S Ali Imran:133-134)
2.
Nilai
Negatif perilaku Keras
Hati (pemarah)
a. Sumber keburukan
Jika seseorang marah dan tidak berusaha untuk
mengendalikan akan menyebabkan keburukan-keburukan.
1) Keputusan dan tindakan
orang marah cenderung menambah masalah.
Kita tidak boleh
memutuskan sesuatu ketika sedang dalam keadaan marah, karena sudah pasti
keputusan yang di ambil pasti tidak bijaksana dan pasti keputusannya menjadi
tidak adil.
2) Pemarah menimbulkan
kerusakan baik antar manusia.
Orang yang mudah marah
atau pemarah sulit mengontrol diri, sehingga semua yang ada di sekitarnya akan
menjadi sasaran kemarahannya.
3) Pemarah perusak hubungan
baik antar manusia.
Hubungan antara anak dan
orang tua bisa menjadi kacau bila salah satu atau keduanya saling memarahi.
Persahabatan bias menjadi tidak harmonis bahkan akan bercerai berai bila mereka
tidak dapat mengendalikan marah.
b. Membahayakan
kesehatan tubuh
1) Efek langsung ke tubuh
Ketika kehilangan
kontrol. Pada beberapa kasus, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan sakit
kepala mendadak. Dalam jangka panjang, dapat meningkatkan risiko serangan
jantung. Saat marah, suhu badan kita pun naik sehingga tubuh mudah berkeringat.
2) Letih Ekspresi
Kemarahan tentu
membutuhkan energi. Dalam proses itu, hormon stres akan meningkat seakan-akan
membuat perasaan bergejolak. Ketika marah, kita mungkin merasa memegang kendali
sementara, tapi tanpa disadari hal itu justru menguras habis energi kita.
Akibatnya, produktivitas dalam bekerja pun berkurang karena merasa letih.
3) Sulit tidur
Ketika kita tidur dengan
rasa marah, tidur pun tak akan nyenyak. Adapun kekurangan tidur akan
menyebabkan pikiran negatif yang akan memicu emosi. Lebih lanjut, insomnia dan
masalah tidur lainnya pun akan berdatangan seiring dengan perasaan emosi Anda
yang berkelanjutan.
4) Depresi
Terus-menerus menyimpan
rasa marah dapat berujung pada depresi. Terkadang, orang menggunakan amarah
untuk meluapkan perasaan depresi dan ketidakberdayaan. Amarah bukanlah rasa
alamiah yang menyehatkan. Maka itu, bila terus dirasakan, kesehatan kita pun
akan terancam.
3.
Menghindari
perilaku Keras Hati (pemarah)
a. Meredam rasa amarah
dengan cara menahan diri
Menahan amarah memiliki kedudukan, manfaat, dan
keutamaan yang tinggi. Seorang laki-laki datang kepada Nabi dan meminta
diberi wasiat. Nabi mewasiatkan kepadanya untuk jangan marah. Hal itu diulangi
beberapa kali, menunjukkan pentingnya wasiat tersebut.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ
لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ
فَرَدَّدَ مِرَاراً، قَالَ: لاَ تَغْضَبْ
“Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW:
“Berilah wasiat kepadaku”. Sabda Nabi SAW : “Janganlah engkau marah”. Maka
diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau: “Janganlah engkau
marah”.(HR. Bukhari)
Menurut syari’at Islam bahwa orang yang kuat
adalah orang yang mampu melawan dan mengekang hawa nafsunya ketika marah. Dari
Abu Hurairah ra, Rasulullah bersabda,
لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ
الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ
“Orang yang kuat
itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang
dapat mengendalikan dirinya ketika marah”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
b. Meredam rasa amarah
dengan cara beristighfar
Apabila seorang yang
sedang marah itu dalam keadaan sedang berdiri, maka berusaha duduk. Dan apabila
kemarahan itu dilakukan ketika sedang duduk, maka berusaha tiduran atau
berbaring sambil membaca istighfar. Karena kemarahan itu bagaikan bara api yang
hanya dapat dipadamkan dengan air. Sikap duduk dari berdiri dan berbaring dari
duduk adalah bagian dari airnya berperilaku.
c. Meredam rasa amarah
dengan cara membaca Ta’awudz
Membaca ta’awudz
(memohon perlindungan Allah dari godaan syaitan yang selalu membangkitkan
amarah. Rasulallah SAW. telah mengajarkan kita untuk
mengatasi rasa amarah yang ada di dalam diri kita. Amarah yang disertai dengan
bisikan dan tipu daya setan akan mengakibatkan manusia tersesat dan terjerumus
kepada murka Allah SWT. Maka Allah melalui syari’atNya yang agung ini
melindungi kita dari segala kelicikan dan keburukan-keburukan setan. Allah SWT
berfirman,
وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ
إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (٢٠٠)
"Dan jika kamu ditimpa suatu godaan
setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.” (QS. Al-A’raf : 200).
d. Meredam rasa amarah
dengan cara berwudhu
Apabila sedang marah,
maka berwudulah. Karena berwudu dengan air yang suci dan mensucikan, akan mampu
mensucikan semua tindakan yang kurang suci, seperti kemarahan.
إن الفضب من الشيطان, وإن الشيطان
خلق من النار, وإنما تطفأ النار بالماء, فإذا غضب أحدكم فليتوضأ (رواه أحمد)
“Sesungguhnya kemarahan berasal dari setan, setan itu diciptakan
dari api, dan api itu dipadamkan dengan air, karena itu jika salah seorang
diantara kalian marah, maka hendaklah ia mengambil air wudhu”. (HR. Imam Ahmad).
e. Meredam rasa amarah
dengan cara merubah posisi
Merubah posisi dalam hal ini, jika kita
sedang marah dalam keadaan berdiri maka hendaklah kita duduk, kalau tidak reda
juga maka hendaklah kita berbaring. Rasulallah SAW. pernah bersabda
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ وَهُوَ قَائِمٌ
فَلْيَجْلِسْ ، فَإِنْ ذَهَبَ عَنْهُ الْغَضَبُ ، وَإِلا فَلْيَضْطَجِعْ
“Jika salah seorang diantara kalian marah
dan dia dalam keadaan berdiri maka hendaklah dia duduk (hal itu cukup baginya),
jika marahnya reda. Namun, jika marahnya tidak reda juga maka hendaklah dia
berbaring.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Hibban).
Kemudian Rasulallah SAW. juga memerintahkan kepada kita
untuk untuk menempelkan diri ke tanah, tujuannya agar kita semakin menyadari
hakikat diri kita yang hina, sehingga bisa menghilangkan kesombongan dan
keangkuhan yang ada di dalam diri kita. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Said
Al-Khudry ra. yang berbunyi “Sesungguhnya kemarahan itu adalah percikan api
yang menyala di dalam hati manusia, tidakkah kalian memperhatikan (orang-orang
yang marah) kedua matanya memerah dan raut wajahnya mengerut? Jika salah
seorang diantara kalian merasakan hal itu maka hendaklah ia menempelkan diri ke
tanah.” (HR. Imam Ahmad).
f. Meredam rasa amarah dengan cara berdiam diri
Berdiam diri merupakan obat yang sangat mujarab untuk
meredam rasa marah karena biasanya orang-orang yang sedang marah suka
mengeluarkan kata-kata kotor dan tidak baik. Ini disebabkan tidak terkontrolnya
lisan karena dorongan nafsu setan yang kuat dari dalam dirinya.Imam Ahmad meriwayatkan,
إِذَا غَضِبَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْكُتْ
“Jika salah
seorang diantara kalian marah maka hendaklah ia diam.” (HR. Imam Ahmad).
مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ
يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ اللَّهُ مِنْ الْحُورِ الْعِينِ مَا شَاءَ
“Barangsiapa
yang menahan amarah padahal ia mampu untuk melampiaskannya, Allah akan panggil
ia di hadapan para makhluk pada hari kiamat, hingga Allah menyuruhnya untuk
memilih bidadari (terbaik) yang ia inginkan” (H.R Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad)
g. Memberi Maaf
Memberi maaf bukanlah pekerjaan yang mudah, diperlukan kesadaran
dan kebesaran hati untuk melakukannya. Sebagai seorang muslim kita wajib
memberikan maaf kepada sesama. Allah memerintahkan kita untuk dapat memberikan
maaf dengan tulus kepada sesama, selalu
memberi maaf dengan tulus ikhlas, sebagaimana firman Allah :
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ
عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ (٤٠)
“Dan balasan suatu kejahatan adalah
kejahatan yang serupa, Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik Maka
pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang-orang
yang zalim”. (Q.S. Asy Syura : 40)
KESIMPULAN
1.
Nifaq
menurut syara (terminologi) berarti menampakkan keislaman dan kebaikan tetapi
menyembunyikan kekufuran dan pelakunya dinamakan munafik. Diantara
tanda-tandanya bila berbicara bohong, bila berjanji tidak menepati dan bila
dipercaya hianat.
- Ghadab (marah) yaitu merasa tidak senang dan panas hati karena suatu sebab, seperti dihina dan lainnya. Marah secara umum mengakibatkan terganggunya aktualisasi diri di dalam kehidupan kita atau marah merupakan penyakit jiwa yang ada di dalam diri manusia.
- Ciri-ciri orang munafik adalah apabila berbicara berdusta, apabila berjanji ingkar, apabila diberikan amanat berkhianat dan apabila berdebat merasa paling benar.
- Marah adalah salah satu fitrah manusia yang muncul ketika kebutuhan (needs) dan motif (motive) mereka terhalangi atau terhambat untuk dipenuhi.
- Membiasakan bersikap amanah dari dini berarti berusaha menghindari perialku nifak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar