Welcome to blog Lulu' Mustafiyah

Jumat, 04 Mei 2018

Materi Akidah Akhlak Kelas 12 Bab 6


BAB VI

MEMBIASAKAN AKHLAK TERPUJI




A.   MATERI INTI
Selanjutnya Anda pelajari uraian berikut ini dan Anda kembangkan dengan mencari materi tambahan dari sumber belajar lainnya

KOMPETISI DALAM KEBAIKAN
1.    Pengertian Kompetisi Dalam Kebaikan
Kompetisi Dalam Kebaikan(fastabiqul khoirot)secara Harfiah memiliki arti ber lomba-lomba dalam kebaikan. Anjuran ini tertuju baik bagi laki-laki maupun perempuan. Manusia diperintahkan untuk berlomba dalam berbuat kebajikan terhadap manusia dan alam sekitarnya. Misalnya, menolong sesama, menyingkirkan sesuatu yang membahayakan di jalan, mengikuti olimpiade mata pelajaran tertentu dan sebagainya. Dalam Islam, istilah fastabiqul khairat merujuk pada firman Allah SWT QS. Al Baqarah: 148 dan QS. Al-Hadid: 21

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَمَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١٤٨)
 “dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah : 148)

سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالأرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (٢١)
“berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar”. (QS. Al-Hadid: 21)

2.    Makna Kompetisi Dalam Kebaikan
Al-Qur’an menggugah agar umat Islam tidak menjadi umat yang berleha-leha. Melainkan umat pionir dalam segala kebaikan. Tidak ada rumus istirahat dalam Al-Qur’an, maka begitu seseorang mengaku sebagai hamba Allah di saat yang sama segera bergerak melakukan segala kebaikan yang tak terhingga luasnya. Islam memberi motifasi kepada pemeluknya untuk mengedepankan berbuat kebaikan dengan penuh antusias disebabkan antara lain:
a.    Melakukan dan menyebarkan kebaikan adalah tugas pokok setiap insan. Tanpa kebaikan Allah manusia di muka bumi ini bisa dipastikan telah musnah sejak ratusan tahun yang silam.

Kata fastabiquu  memberi kesan perintah berlomba jangan sampai keduluan yang lain. Bergerak cepat dan bersegera untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam perlombaan ada tenaga ekstra yang digunakan, segala kemampuan dikerahkan sehingga cita-cita yang diinginkan bisa diraih. Nabi saw bersabda :

“Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Bersegeralah kamu sekalian untuk melakukan amal-amal yang shalih, karena akan terjadi suatu bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita dimana ada seseorang pada waktu pagi ia beriman tapi pada waktu sore ia kafir, pada waktu sore ia beriman tapi pada waktu pagi ia kafir, ia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia. (H.R. Muslim)

b.    Usia manusia terbatas, dan tidak ada seorang pun tahu kapan ia akan meninggal dunia. Karena itu seorang hamba hendaknya segera melakukan kebaikan. Jika tidak, ia akan menjadi orang yang paling sengsara tidak hanya di dunia melainkan lebih dari itu di akhirat. Allah berfirman,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلا يَسْتَقْدِمُونَ (٣٤)
“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya” (QS. Al-A’raaf: 34).

Setiap agama mempunyai keistimewaan-keistimewaan menonjol tetapi disana juga terdapat perbedaan bahwa agama lain hanya menyeru orang kepada kebaikan, tetapi Islam menyeru kepada perlombaan (berlomba-lomba berbuat kebaikan).
a.     Lakukanlah kebaikan dan kemudian berlombalah dalam kebaikan-kebaikan dan berupayalah satu dengan yang lain untuk saling menyusul dalam kebaikan.

Disini Allah menggunakan kata perlombaan yang di dalamnya kendati tidak didapatkan arti  kata cepat dan segera. Sebab, dari segi lughat andaikata dua orang  berjalan lambat sekalipun tetapi satu dengan yang lain, saling mendahului maka mereka telah melakukan perlombaan. oleh sebab  disini terdapat perintah bagi setiap orang untuk  berlomba. Kini jika seorang dengan upayanya dia  menyusul maka untuk yang lainpun terdapat juga perintah bahwa diapun juga harus menyusul ke depan. Maka  apabila dia akan  menyusul  duluan dari itu maka akan timbul upaya orang yang duluan untuk menyusul lebih depan. Jadi oleh karena kepada setiap orang terdapat perintah untuk terdepan dalam kebaikaan-kebaikan, maka  dengan demikian akan timbul sebuah perlombaan dalam  melakukan kebaikan-kebaikan.Sebab kebaikan itulah yang diantaranya membuat kita sebagai orang-orang yang paling baik.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (٧)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”. (QS. al Bayyinah:7)

Manusia diperintahkan untuk berlomba dalam berbuat kebajikan terhadap manusia dan alam sekitarnya. Salah satu petunjuk  berkaitan dengan aplikasi berlomba-lomba dalam kebaikan adalah QS. al Maidah: 2:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ (٢)
 “Dan tolong menolonglahkalian dalam kebaikan dan takwa dan janganlahkalian tolong menolong dalam perbuatan dosa danpermusuhan”.

Menurut Ibnu Katsir, berdasarkan redaksinya, ayat ini memiliki makna umum, yaitu bagi semua hamba agar senantiasa tolong menolong dalam melakukan kebaikan dan mencegah kemungkaran sebagai realisasi dari takwa. Sebaliknya, jangan sampai seorang hamba berbuat  kemungkaran yang akan melahirkan dosa dan permusuhan bagi sesama manusia.

b.     Dalam hal antusiasm dalam beramal saleh, kita dapat melihat bagaimana para sahabat melakukanya, seperti  riwayat berikut :  Pada suatu saat para sahabat yang kurang dari segi harta hadir di hadapan  Rasulullah  untuk mengadu, Ya Rasulullah,sebagaimana kami  melakukan salat seperti itulah orang-orang kaya melakukan salat, sebagaimana kami melakukan puasa seperti itu pulalah orang-orang yang kaya melakukan puasa juga, sebagaimana kami berjihad, seperti itu pulalah orang-orang kaya melakukan jihad. Tetapi ya Rasulullah ada pekerjaan lebih yang mereka kerjakan. Mereka memberikan sedekah dimana kami yang karena ketidakmampuan kami tidak dapat melakukan itu. Beritahukanlah kepada kami suatu metode yang dengan melakukan  itu kami dapat menutupi kekurangan itu.  Beliau bersabda, Setiap selesai salat bacalah subhanallah 33 kali dan 33 kali Alhamdulillah dan 34 kali allahu akbar.

3.    Ciri-ciri pelaku kompetisi dalam kebaikan
a.    Niat ikhlas
Niat yang ikhlas merupakan faktor penting dalam setiap amal. Karena di dalam Islam, niat yang ikhlas merupakan rukun amal yang pertama dan terpenting. Niat yang ikhlas karena Allah dalam melakukan kebaikan akan membuat seseorang memiliki perasaan yang ringan dalam mengerjakan amal-amal yang berat sekalipun, apalagi bila amal kebaikan itu tergolong amal yang ringan. Sedangkan tanpa keikhlasan, jangankan amal yang berat, amal yang ringan pun akan terasa berat. Di samping itu, keikhlasan akan membuat seseorang berkesinambungan dalam melakukan amal kebaikan. Orang yang ikhlas tidak akan bertambah semangat hanya karena dipuji dan tidak akan melemah karena dicela. Adanya pujian atau celaan tidak akan mempengaruhi semangatnya dalam melakukan kebaikan.

b.    Cinta kebaikan dan orang baik
Seseorang akan antusias melaksanakan kebaikan manakala pada dirinya terdapat rasa cinta pada kebaikan. Karena mana mungkin seseorang melakukan suatu kebaikan apabila dia sendiri tidak suka pada kebaikan itu. Oleh karena itu, rasa cinta pada kebaikan harus kita tanamkan ke dalam jiwa kita masing-masing sehingga kita menjadikan setiap bentuk kebaikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita. Sehingga kebaikan akan selalu menyertai kehidupan ini.


Di samping cinta kepada kebaikan, agar kita suka melakukan kebaikan, harus tertanam juga di dalam jiwa kita rasa cinta kepada siapa saja yang berbuat baik. Hal ini akan membuat kita ingin selalu meneladani dan mengikuti segala bentuk kebaikan, siapa pun yang melakukannya. Allah SWT telah menyebutkan kecintaan-Nya kepada siapa saja yang berbuat baik, karenanya kita pun harus mencintai mereka yang berbuat baik, Allah berfirman: QS. Al Baqarah (2) : 195,
وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٩٥)

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik"

c.       Merasa beruntung bila melakukan aktifitas
Berbuat baik merupakan sesuatu yang sangat mulia dan seseorang akan bersemangat melakukan kebaikan apabila dengan kebaikan itu dia merasa yakin memperoleh keberuntungan, baik di dunia maupun di akhirat. Ada banyak keuntungan yang akan diperoleh manusia bila ia berbuat baik.

d.    Merasa rugi bila meninggalkan aktifitas
Apabila seseorang merasa beruntung dengan kebaikan yang dilakukannya karena sejumlah keutamaan yang disebutkan dalam Al-Qur’an, maka bila seseorang tidak berbuat baik dia akan merasa sangat rugi, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Bagi seorang mukmin, bagaimana mungkin dia tidak merasa rugi bila tidak melakukan kebaikan, karena kehidupan ini memang harus dijalani untuk mengabdi kepada Allah SWT yang merupakan puncak dari segala bentuk kebaikan yang harus dijalani.

e.      Meneladani Generasi Yang Baik
Perbuatan baik dan yang lebih baik lagi akan dilakukan oleh seorang muslim apabila dia mau meneladani orang yang berbuat baik. Hal ini menjadi penting karena dengan demikian dia menyadari bahwa meskipun ia merasa sudah banyak perbuatan baik yang dilakukannya, tetap saja dia merasa masih sedikit dibanding orang lain yang jauh lebih baik dari dirinya.

4.    Balasan pelaku kompetisi dalam kebaikan
a.    Selalu bersama Allah SWT
QS. An Nahl: 128.
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ (١٢٨)
 “Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat  kebaikan”.
b.    Menambah kenikmatan
QS. Al Ahzab (33) : 29
وَإِنْ كُنْتُنَّ تُرِدْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالدَّارَ الآخِرَةَ فَإِنَّ اللَّهَ أَعَدَّ لِلْمُحْسِنَاتِ مِنْكُنَّ أَجْرًا عَظِيمًا (٢٩)
“dan jika kamu sekalian menghendaki (keredhaan) Allah dan Rasulnya-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, Maka Sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik diantaramu pahala yang besar”.

c.      Dicintai Allah
QS. Ali Imran (3) : 134
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤)
 “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
d.    Memperoleh rahmat Allah

إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ (٥٦)
“Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. QS. Al A'Raaf (7) : 56.
e.    Memperoleh pahala
إِنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ (١٢٠)
“Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik QS. At Taubah (9) : 120
f.     Dimasukkan ke dalam surga
فَأَثَابَهُمُ اللَّهُ بِمَا قَالُوا جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الْمُحْسِنِينَ (٨٥)
“Maka Allah memberi mereka pahala terhadap Perkataan yang mereka ucapkan, (yaitu) surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya. dan Itulah Balasan (bagi) orang-orang yang berbuat kebaikan (yang ikhlas keimanannya)”. QS. Al Maidah (5) : 85,

5.    Hikmah perilaku kompetisi dalam kebaikan
Berkompetisi dalam kebaikan memiliki beberapa hikmah yang dapat kita ambil dalam kehidupan sehari-hari. Diantara hikmah berperilaku kompetisi dalam kebaikan adalah :
a.      Setiap agama mempunyai tujuan untuk mengenal tuhan sesuai ajaranya masing-masing. Salah satu cara yang ditempuh adalah melakukan kebaikan yang telah ditentukan.
b.    Islam mengajarkan kepada penganutnya untuk melakukan persaingan dalam melakukan kebaikan sesuai dengan situasi dan kondisi. Karena kemampuan tiap muslim beragam tingkat pendidikan, ekonomi, statusnya dalam masyarakat.
c.       Amal saleh hendaknya didasari iman kepada Allah dan dilakukan dengan tekad yang teguh.

OPTIMIS
1.    Pengertian optimis
Dilihat dari segi bahasa optimisme berasal dari bahasa latin yaitu  optima yang berarti terbaik. Menurut Kamus Besar Bahas Indonesia(KBBI), optimis adalah orang yang selalu berpengharapan baik dalam menghadapi segala hal.Optimis merupakan perasaan yakin terhadap sesuatu yang baik akan terjadi yang memberi harapan positif serta menjadi pendorong untuk berusaha ke arah kemajuan atau kejayaan. Optimis merupakan keyakinan diri dan salah satu sifat baik yang dianjurkan dalam islam.

Misalnya, seorang siswa/siswi yang mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru (SPMB) dia berharap akan lulus dan diterima di perguruan tinggi yang ia pilih.
Dengan sikap optimis,seseoarng akan bersemangat dalam menjalani kehidupan,baik demi kehidupan di dunia maupun dalam menghadapi kehidupan akhirat kelak. Allah berfirman dalam QS. Ali Imran: 139,

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (١٣٩)

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.

Kebalikan dari sikap optimis adalah sifat pesimis. Sifat pesimis dapat diartikan berprasangka buruk terhadap Allah SWT. Seseorang yang pesimis biasanya selalu khawatir akan memperoleh kegagalan, kekalahan, kerugian atau bencana, sehingga ia tidak mau berusaha untuk mencoba.

2.    Nilai positif optimis
a.    Berpengharapan baik kepada Allah
Optimisme dalam konsep Islam menuntut kepada umat muslim untuk terus berusaha dan dalam usahanya tidak lupa akan Tuhanya, karena pada dasarnya setiap hasil usaha atau ikhtiar manusia itu berada di tangan Allah SWT,  dalam memberikan atau menentukan takdir manusia sesungguhnya Allah memberikanya sesuai dengan usaha yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Sebagaimana tercantum dalam QS. At Thalaq: 3,

وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (٣)
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.

b.    Berfikir positif
Pikiran orang optimis senantiasa positif, Ia akan berfikir positif dalam segala hal. Dengan pikiran positif itu akan terbentuk energi positif dalam diri orang yang optimis. Energi positif inilah yang akan membakar semangat juang untuk mewujudkan harapannya.Berpikir positif dapat menyelamatkan hatidan hidup kita. Sebab hati yang bersih adalah hati yang tidakmenyimpan kebencian. Hati yang tenteram adalah hati yang tidakmemendam syakwasangka dan apriori terhadap orang lain. Dan hati yangberseri-seri hanyalah hati yang selalu berpikir positif bagi dirinyamaupun orang lain.dan memandang segala perintah Allah pasti ada hikmah dan pelajaran bagi manusia.

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ (٩٢)
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.(QS. Ali Imran: 92)

c.      Percaya diri, berani dan bertanggung jawab
Rasa percaya diri yang besar danberanidalam menghadapi bahaya, kesulitan, tidak takut (gentar) mempertahankan kebenaran. Salah satu sifat yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada setiap manusia yang dijadikanNya. Berani merupakan satu kekuatan tersembunyi yang wujud di dalam diri setiap manusia untuk menghadapi cobaan dan masalah hidup. Keberanian yang di tuntut di sini ialah keberanian pemikiran dan keberanian moral yang dapat dipertanggungjawabkan dihadapan manusia lebih-lebih dihadapan Allah SWT.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (٣٠)
 Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (QS. Fushshilat: 30)

d.    Muslim yang optimis lebih disukai Allah
Sikap optimis merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap manusia,khususnya seorang muslim,Karena dengan optimis,seorang muslim akan lebih baik dan lebih disukai oleh Allah daripada mukmin yang lemah,seorang muslim akan selalu bersusah payah semaksimal mungkin mencapai cita-citanya dengan penuh keiklasan karena Allah tanpa sedikitpun rasa takut dan khawatir akan mengalami kegagalan.

الْمُؤْمِنُ الْقَوِىُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِى كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَىْءٌ فَلاَ تَقُلْ لَوْ أَنِّى فَعَلْتُ كَانَ كَذَا َكَذَا. وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah. Namun masing-masing ada kebaikan. Semangatlah meraih apa yang manfaat untukmu dan mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan bersikap lemah. Jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah mengatakan, “Seandainya aku berbuat begini dan begitu, niscaya hasilnya akan lain.” Akan tetapi katakanlah, “Allah telah mentakdirkannya, dan apa yang Dia kehendaki Dia Perbuat.” Sebab, mengandai-andai itu membuka pintu setan.” (HR. Muslim)

e.      Mengambil pelajaran berharga dalam setiap kesulitan
Optimis merupakan salah satu sikap yang sangat mulia dalam Islam. Karenanya seorang muslim yang taat hendaklah senantiasa bersikap optimis dalam arti tidak gampang menyerah dan putus Asa. Optimisme merupakan sebuah sikap yang akan mendorong seorang individu untuk terus berusaha pantang menyerah guna mencapai tujuan dan cita-cita yang diinginkan, meskipun seberat apapun problematika yang dihadapi namun dengan adanya keteguhan dan sikap optimisme akan menjadikan seseorang dapat menghadapinya dan mencari problem solving.Allah SWT berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (٥٣)

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar: 53).

3.    Hikmah perilaku optimis
Hikmah berperilaku optimis diantaranya adalah :
a.    Optimisme adalah sebuah keyakinan yang akan membawa pada pencapaian hasil. Tidak ada yang bisa diperbuat tanpa harapan dan percaya diri.
b.    Berfikir positif akan memberikan dorongan sikap dan tingkah lakuyang positif pula. Jiwa yang positif tampak bergairah penuh antusiasme dan keberanian yang sangat mendalam, dalam hidupnya tidak ada kata putus asa dan menyerah, karena bagi Allah semuanya mudah, siapa saja yang Allah kehendaki pasti dia akan mendapatkan rahmatNya,
c.    Memiliki kepercayaan diri dalam menjalani kehidupan ini sangat di anjurkan dalam agama dan sangat penting sekali agar dapat terus bertindak menghadapi tantangan.

DINAMIS
1.    Pengertian dinamis
Kata dinamis berasal dari kata dynamicyang berarti bergerak. Dalam bahasa Belanda dynamisch yang berarti giat bekerja, tidak mau tinggal diam, selalu bergerak, terus tumbuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) dinamis berarti penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Misalnya, seorang yang ingin merubah pribadinya menjadi orang yang berilmu pengetahuan karena keutamaan dan derajat disisi Allah, dengan sendirinya dia melakukan kegiatan secara serius untuk mencapai tingkat pendidikan yang tertinggi, walaupun keadaan ekonomi keluarganya sangat minim.

Seseorang yang berjiwa dinamis, tentu selama hidupnya, tidak akan diam berpangku tangan. Dia akan terus berusaha secara sungguh-sungguh, untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik dan lebih maju. Misalnya, seorang petani akan berusaha agar hasil pertaniannya meningkat, seorang pedagang akan terus berusaha agar hasil usaha dagangnya berkembang, seorang pelajar akan meningkatkan kegiatan belajarnya supaya ilmunya bertambah.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ (٧)وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ (٨)

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.(QS. Al Insyirah: 7-8)

2.    Nilai positif dinamis
a.    Berfikir progresif
Kemampuan manusia untuk menyerap, mengingat, mereproduksi, mengimajinasikan, memperbandingkan, dan menyusun informasi sejak usia dini melalui panca indera, menyebabkan kemajuan teknologi dan pengetahuan pun menjadi suatu hal yang tidak dapat ditahan dan dihindari. Seorang yang berfikir dinamis menjadikan Al Quran dan petunjuk Nabi SAW dalam hadis sebagai arah seluruh potensi akliah demi kebaikan kini dan akan datang.

أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلافًا كَثِيرًا (٨٢)
Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.(An-Nisa’ : 82)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ :  مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِماً سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كاَنَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ. وَمَنْ سَلَكَ طَرِيْقاً يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْماً سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقاً إِلَى الْجَنَّةِ،
Dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah SAW bersabda : Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat dan siapa yang menutupi (aib) seorang muslim Allah akan tutupkan aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong hambanya selama hambanya menolong saudaranya. Siapa yang menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, akan Allah mudahkan baginya jalan ke syurga.

b.    Menyesuaikan dan menentukan pilihan terbaik dalam perkembangan masa
Ajaran islam hadir bersifat dinamis, bukan statis. Pastilah menuntut pemeluknya untuk menampilkan  aneka aktifitas yang dapat menjawab persoalan yang muncul. Alternatif-alternatif jawaban persoalan pada tiap  perkembangan masa haruslah alternatif yang terbaik. Sehingga eksistensi islam sebagai rahmatan lil alamin tetap terjaga. Seorang yang bersikap dinamis akan berusaha untuk turut mewarnai perkembangan masa dengan tampil sebagai teladan kebaikan dilingkungan tempat yang bersangkutan tinggal.

إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ (١١)
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya.(QS. Ar Ra’d : 11)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
Dari Abu Hurairah ra, dia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya.(HR. Turmuzi)

c.      Berpikir tentang masa depan (futuristik)
Seseorang yang memiliki semangat tinggi, penuh energi, selalu bergairah untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik dan memiliki kekuatan jiwa dan kemauan untuk menghadapi tantangan kesulitan yang dihadapi disebut sebagai pribadi yang dinamis. Pribadi dinamis adalah

pribadi yang aktif yang selalu memiliki rasa optimisme yang tinggi di dalam mencapai apa yang dicita-citakan.

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (٦٩)
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.(QS. Al Ankabut: 69)



d.    Bekerja dengan prinsip amal saleh
Seorang yang dinamis tidak pernah merasa lelah untuk berbuat, baik perbuatan itu memiliki manfaat pada dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Karena mereka tahu bahwa suatu perbuatan yang berdampak positif pada orang lain pada dasarnya juga bermanfaat buat diri sendiri, QS. Al Isra’ 17:7,

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لأنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا (٧)
jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.

منْ دعاَ إلى هُدَى كَانَ له من الأجرِ مثلُ أُجورِ منْ تَبِعَهُ لا ينْقُصُ ذَلِكَ منْ أُجْورِهمْ شَيْئاً ومنْ دعاَ إِلىَ ضَلاَلةِ كاَن عليهِ من الإثمِ مثْلُ آثامِ مَنْ تبعَهُ لاَ ينْقُصُ ذَلِكَ من آثامهم شَيئاً 
Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW  bersabda: Barangsiapa menyeru kepada hidayah (petunjuk) maka ia mendapatkan pahala sebagaimana pahala orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosa yang mengerjakannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun. (HR. Muslim)

e.      Teguh dalam menerima cobaan
Ujian dan cobaan di dunia merupakan sebuah keharusan, siapa pun tidak bisa terlepas darinya. Bahkan, itulah warna-warni kehidupan. Kesabaran dalam menghadapi ujian dan cobaan merupakan tanda kebenaran dan kejujuran iman seseorang kepada Allah SWT.  Sesungguhnya ujian dan cobaan yang datang bertubi-tubi menerpa hidup manusia merupakan satu ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah. Tidak satu pun diantara kita yang mampu menghalau ketentuan tersebut. Dan bagi seorang yang besikap dinamis ujian dan cobaan tersebut merupakan sarana untuk meningkatkan derajat sebagai seorang yang berpredikat sebagai hamba yang tahan uji.
إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْ مَةِ الْأُوْلَى.
Sesungguhnya kesabaran itu terjadi pada saat awal benturan (musibah)”
 (HR. Bukhari dan Muslim)

3.    Hikmah perilaku dinamis
Hikmah membiasakan berperilaku dinamis dalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah :
a.    Dinamis adalah sikap penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.

b.    Orang yang dinamis akan terus berkembang, berpikir, cerdas, dan berkreasi, serta selalu beradaptasi dengan lingkungan.
c.    Orang yang dinamis tidak mudah putus asa dengan prestasi-prestasi yang telah dicapai dan selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas diri.
d.    Orang yang dinamis akan bekerja keras dalam melakukan usaha, baik yang berhubungan dengan aspek duniawi maupun ukhrawi.

INOVATIF
1.    Pengertian inovatif
Kata inovatif berasal dari kata dalam bahasa Inggis innovate yang artinya memperkenalkan sesuatu yang baru sedangkan innovative berarti bersifat memperbarui. Kemudian kata inovatif   berarti bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru. Pengertian baru di sini adalah sesuatu yang belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat menyangkut sikap (attitude) dan belum diterima dan diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.

Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada. Dan dapat berarti temuan baru yang menyebabkan berdayagunanya produk atau jasa ke arah yang lebih produktif dan mempunyai nilai manfaat bagi masyarakat. Misalnya dalam dunia perbankan, aplikasi bank syariah di Indonesia baru dikembangkan pada dekade awal tahun 1990-an sebagai inovasi dari penerapan bank konfensional. Bank syariah lebih mengembangkan ajaran muamalah dalam tradisi syariah islam yakni adanya akad bagi hasil dalam pengelolaan hasil pada satu sisi dan sama-sama menanggung resiko kerugian pada sisi yang lain. Sedangkan bank konfensional lebih berorientasi profit sehingga rentan dengan masalah suku bunga atau riba.

Manusia adalah mahluk pilihan Tuhan yang memiliki potensi dan kemampuan yang begitu besar. Kekuatan nalar manusia merupakan salah satu keistimewaan yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Karena dengan kekuatan nalarnya itu, ia bisa menemukan dan menciptakan hal-hal baru serta memperbaiki taraf hidupnya. Sejatinya, jika manusia memanfaatkan akal dan pengalamannya secara maksimal dan pantang menyerah, niscaya ia mampu meraih kemajuan yang menakjubkan. Dalam kondisi semacam itu, kekuatan inovasi dan kreatifitas memiliki andil yang begitu strategis dalam mengubah kualitas hidup dan mewujudkan masyarakat.

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (١٣)
Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir. (QS. Al Jaatsiyah: 13)

2.    Nilai positif inovatif
a.    Berfikiri imiah, obyektif, cerdas dan kritis
Kegiatan berfikir yang teratur dan sistematis menghasilkan  pengetahuan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Berbagai macam problem, mendorong kita untuk berfikir lebih mendalam dan sistematis dengan mengunakan metode ilmiah tertentu untuk memecahkanya. Seorang yang bersikap inovatif akan mengerahkan segala kemampuan nalarnya untuk menemukan beberapa hal baru yang lebih baik dan bermanfaat dari temuan-temuan yang telah ada.
أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا نَسُوقُ الْمَاءَ إِلَى الأرْضِ الْجُرُزِ فَنُخْرِجُ بِهِ زَرْعًا تَأْكُلُ مِنْهُ أَنْعَامُهُمْ وَأَنْفُسُهُمْ أَفَلا يُبْصِرُونَ (٢٧)
Dan Apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya Makan hewan ternak mereka dan mereka sendiri. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan?(AsSajdah : 27)

b.    Melakukan perbaikan
Untuk mencapai kemajuan harus diusahakan dan dijemput dengan ikhtiar yang maksimal. Perubahan keadaan manusia itu merupakan sunnatullah, yang letak keberhasilannya digantungkan dari usaha manusia itu sendiri untuk berubah.Allah SWT memberikan respon tentang perubahan yang dimulai dari perubahan dari apa yang ada dalam diri manusia itu sendiri, baik kondisi manusia secara individual, maupun di masyarakat.  Dan perubahan kondisi baik dan buruk itu terkait dengan ketatan dan kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia kepada Allah SWT, baik secara individual maupun kolektif. Maka mereka yang bersikap inovatif akan melakukan perbaikan-perbaikan dalam segala bidang dan tidak akan melakukan aneka perusakan.
ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (٥٣)
“ (siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Al Anfal: 53)

Dalam riwayat dari Khalid, Abu Bakar berkata, “Dan sesungguhnya kami mendengar Nabi Saw. bersabda,

إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوْا الظَّالِمَ فَلَمْ يَأْخُذُوا عَلَى يَدَيْهِ أَوْشَكَ أَنْ يَعُمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابٍ

“Jika manusia melihat orang zhalim lalu mereka tidak menahannya, maka tak lama lagi Allah akan menjatuhkan hukuman yang meliputi mereka semua”.
 (HR. Abu Dawud)

c.      Menerapkan prinsip amar makruf nahi mungkar
Dalam menerapkan prinsip amar ma’ruf dan nahi munkar, Pelaku sikap inovatif mengharuskan diri untuk bersikap lembut, santun, lapang dada, sabar, menyayangi manusia, bersahabat, sungguh-sungguh/mujahadah dan rela berkorban. Penerapan prinsip amar ma’ruf dan nahi munkar akan tetap mempertimbangkan nilai-nilai dan budaya masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai ajaran agama.

Sedangkan untuk mengaplikasikan prinsip amar ma’ruf dan nahi munkar, berikut petunjuk Nabi SAW dalam sabdanya,
َنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ
Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya. Sekiranya ia tidak mampu, maka dengan lisannya. Sekiranya ia tidak mampu (juga) maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnysa iman”.  (HR. Muslim).

d.    Berorientasi kemanfaatan dan kemaslahatan
Segala ciptaan-Nya mengandung maksud dan manfaat. Perintah memakmurkan alam, berarti perintah untuk menjadikan alam semesta sebagai media mewujudkan kemaslahatan hidup manusia di muka bumi. Sikap pelaku inovatif dengan potensi akalnya akan menjadikan realitas kealaman dapat dimanfaatkan demi kemaslahatan manusia.
وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلا ذَلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ (٢٧)
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.
(QS. Shaad: 27)
3.    Hikmah perilaku inovatif
Membiasakan berperilaku inovatif melahirkan hikmah dalam kehidupan sehari-hari :
a.    Inovasi adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru yakni mendayagunakan kemampuan dan keahlian dalam melakukan ataupun mengembangkan karya tertentu. Dalam proses berfikir Allah SWT mengajak manusia dengan penuh kasih sayang dan kelembutan dalam memikirkan ciptaan Allah dan jangan memikirkan zat Allah kerana manusia tidak akan mampu memikirkan tentang zat Allah.
b.    Inovasi yang dilakukan seorang muslim akan berorientasi pada kebaikan dan menghindari keburukan. Dengan orientasi tersebut seorang muslim ingin membangun sebuah peradaban masyarakat yang berlandaskan pada nilai-nilai ajaran islam yang bersumber pada Al Qur’an dan hadis serta mempertimbangkan kearifan budaya yang tidak bertentangan dengan ajaran islam.

KREATIF
1.    Pengertian kreatif
Kreatif berasal dari bahasa inggris tocreate artinya yang menciptakan sesuatu atau membuat, creativity yang berarti daya cipta. Sedangkan dalam bahasa Arab kata kreativitas atau menciptakan biasanya mengunakan kata  khalaqa  (menjadikan, membuat,  menciptakan), yakni  menciptakan sesuatu tanpa ada pangkal atau asal dan contoh terlebih dahulu, atau dapat berarti kemampuan untuk mencipta atau mempunyai sifat menciptakan tidak dengan cara meniru. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), kreatif diartikan memiliki daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan. kreatif adalah menemukan, menggabungkan, membangun, mengarang, mendesain, merancang, mengubah ataupun menambah. Dalam perspektif islam, kreatif dapat diartikan sebagai kesadaran keimanan seseorang, untuk menggunakan keseluruhan daya dan kemampuan diri yang dimiliki sebagai wujud syukur akan nikmat Allah, guna menjadikan atau menghasilkan sesuatu yang terbaik dan bermanfat bagi kehidupan sebagai wujud pengabdian yang tulus kehadirat Allah.

Allah dzat yang maha kreatif, hasil karya-Nya merupakan karya yang sangat besar, indah, dan sempurna. Yang semua makhluk memanfaatkan karya Allah tersebut. Allah Pencipta jagat raya dan segala isinya memberikan kekaguman dahsyat bagi kita selaku makhluk. Keserasian yang kita lihat pada setiap makhluk, keterpautan organ-organ tubuh satu sama lain, keterpautan warna dengan organ-organ tersebut, keterpautan langit dan jagat raya, bumi dan isinya tersebut menjadikan  sangat sesuai, semuanya ini merupakan hasil kreasi yang menunjukkan pada Sang Pencipta. Al-Qur’an menyebut dengan khaliq (pencipta), sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-An’am ayat 1,

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ ثُمَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُونَ (١)
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang, Namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka”.

2.    Nilai positif kreatif
a.    Berfikir orisinil (originality)
Manusia selalu menghadapi berbagai persoalan dan peristiwa dalam kehidupannya, semua persoalan yang yang tidak diketahui jawabannya dianggap sebagai masalah. Biasanya seseorang akan berusaha mengkaji problem yang dihadapinya dari berbagai aspek agar dapat memahaminya dengan baik kemudian menghimpun berbagai data dan informasi yang berkaitan dengannya. Penghimpunan data dan informasi yang relevan dengan problem yang ada membantunya memperjelas, memahami dan membatasi problem itu dengan teliti dan mengantarkannya menyusun berbagai hipotesa sebagai langkah pemecahan.

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ (٤٦)
Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada. (QS. Al Hajj : 46)

b.    Beretos kerja tinggi
Adanya etos kerja yang kuat memerlukan kesadaran pada orang bersangkutan tentang kaitan suatu kerja dengan pandangan hidupnya yang lebih menyeluruh, yang pandangan hidup itu memberinya keinsafan akan makna dan tujuan hidupnya.  Etos kerja dalam Islam adalah hasil suatu kepercayaan seorang Muslim, bahwa kerja mempunyai kaitan dengan tujuan hidupnya, yaitu memperoleh perkenan Allah SWT. Berkaitan dengan ini, penting untuk ditegaskan bahwa pada dasarnya, Islam adalah agama amal atau kerja (praxis). Inti ajarannya ialah bahwa hamba mendekati dan berusaha memperoleh ridha Allah melalui kerja atau amal saleh, dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya kepada-Nya.

وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى (٣٩)وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى (٤٠)
39. “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,40. dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya)”.(QS. An-Najm : 39-40)

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ ثَوْرٍ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ الْمِقْدَامِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا قَطُّ خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ وَإِنَّ نَبِيَّ اللَّهِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلام كَانَ يَأْكُلُ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ
“Tidak ada seorang yang memakan satu makananpun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya sendiri. Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud AS memakan makanan dari hasil usahanya sendiri”. (HR. Bukhari)

c.      Berhasil karya (produktif)
Dalam Islam, amal atau kerja itu juga harus dilakukan dalam bentuk saleh sehingga dikatakan amal saleh, yang secara harfiah berarti sesuai, yaitu sesuai dengan standar mutu. Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik sebagaimana dapat dipahami dari firman Allah,
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ (٢)
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (Q.S. Al Mulk: 2).

عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ  رضي الله عنه  أَنَّ اَلنَّبِيَّ  صلى الله عليه وسلم  سُئِلَ: أَيُّ اَلْكَسْبِ أَطْيَبُ? قَالَ: عَمَلُ اَلرَّجُلِ بِيَدِهِ, وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ
Dari Rifa’ah Ibnu Rafi’ r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya: Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: “Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual-beli yang bersih”. (HR. Al Bazzar dan dishahihkan oleh al-Hakim)

d.    Tidak mudah putus asa
Seseorang yang kreatif tidak akan menyerah sebelum kemampuannya berakhir. Ia akan terus berupaya dan berusaha sekuat tenaga mencapai cita-citanya. Meski ia harus berhadapan dengan tembok besar tantangan dan hambatan. Dalam perjalanannya pasti ia akan menemui cemoohan orang-orang yang iri kepadanya. Tetapi ia menanggapi dengan tenang dan tidak putus asa.
Sikap percaya diri dan tidak putus asa yang dilandaskan pada iman, menyebabkan segala bentuk tekanan tidak dijadikan sebagai kendala, tetapi sebuah tantangan yang akan membentuk kepribadian dirinya menjadi lebih cemerlang. Sebaliknya orang yang memiliki sikap tidak percaya diri, putus asa, dan pesimis adalah termasuk orang-orang yang putus harapan, fasik dan sesat, serta kufur. Firman Allah,

وَلا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ (٨٧)
“dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".

e.      Tawakkal
Tawakal tidak identik dengan kepasrahan yang tidak beralasan. Namun tawakal harus terlebih dahulu didahului dengan adanya usaha yang maksiman. Hilangnya usaha, berarti hilanglah SAW telah memberikan contoh tawakal yang disertai usaha yang memperjelas bahwa tawakal tidak lepas dari ikhtiyar dan penyandaran diri kepada Allah. Muslim yang kreatif akan menunjukkan dedikasinya dengan berusaha maksimal untuk memperoleh tujuan yang diinginkan untuk kemudian menyandarkan hasil kepada Allah.

فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)
“kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.(Ali Imran : 159)

f.       Memohon bantuan dan pertolongan Allah
Untuk dapat menghasilkan karya, seorang yang bersikap kreatif akan selalu memohon kepada Allah dengan tulus, bahwa tiada daya upaya dalam menghasilkan sebuah karya tanpa pertolongan-Nya. Kesadaran ini muncul atas kenyakinan diri bahwa Allah melalui kreasi dan karya-Nya adalah sumber inspirasi.
 أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ (٩)
(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS Az-Zumar : 9)

3.    Hikmah kreatif
Hikmah membiasakan berperilaku kreatif dalam kehidupan sehari-hari adalah :
a.    Setiap pribadi diberi kemampuan Allah untuk mencipta, termasuk menciptakan realitas baru dalam kehidupan. Sehingga dalam situasi apapun dan dengan segala keterbatasan akan memiliki potensi untuk menciptakan berbagai hal, termasuk keberhasilan dan kebahagiaan dalam hidup ini.
b.    Keterikatan kepada Allah SWT yang menjadi tempat bergantung dan berharap satu-satunya. Allah yang menjadi tempat sekalian makhluk kembali. Maka dorongan dan motivasi ini bisa membuat kita berusaha untuk sejalan dengan hukum syara. Belajar dan mehamaminya. Kemudian setelah memahaminya maka kita berusaha mewujudkan dan meraih nilai amal tersebut dengan sebaik-baiknya.
c.    Sikap reatif menuntut seorang muslim mempunyai etos kerja, yakni seperangkat  nilai-nilai etis  yang terkandung dalam ajaran Islam (Alquran dan hadis) tentang keharusan dan keutamaan bekerja untuk mencapai hasil yang diharapkan lebih baik dan produktif.



 
KESIMPULAN


1.      Al-Qur’an menggugah agar umat Islam tidak menjadi umat yang berleha-leha. Melainkan umat pionir dalam segala kebaikan. Tidak ada rumus istirahat dalam Al-Qur’an, maka begitu seseorang mengaku sebagai hamba Allah di saat yang sama segera bergerak melakukan segala kebaikan yang tak terhingga luasnya.Dengan demikian melakukan dan menyebarkan kebaikan adalah tugas pokok setiap insan.
2.      Optimis merupakan perasaan yakin terhadap sesuatu yang baik akan terjadi yang memberi harapan positif serta menjadi pendorong untuk berusaha ke arah kemajuan.Dengan sikap optimis,seseoarng akan bersemangat dalam menjalani kehidupan,baik demi kehidupan di dunia maupun dalam menghadapi kehidupan akhirat kelak.
3.      Seseorang yang berjiwa dinamis, tentu selama hidupnya, tidak akan diam berpangku tangan. Dia akan terus berusaha secara sungguh-sungguh, untuk meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik dan lebih maju.Dinamis berarti penuh semangat dan tenaga sehingga cepat bergerak dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
4.      Manusia adalah mahluk pilihan Tuhan yang memiliki potensi dan kemampuan yang begitu besar. Kekuatan nalar manusia merupakan salah satu keistimewaan yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya. Karena dengan kekuatan nalarnya itu, ia bisa menemukan dan menciptakan hal-hal baru serta memperbaiki taraf hidupnya. Inovasi adalah kegiatan penelitian, pengembangan, dan/atau perekayasaan yang bertujuan mengembangkan penerapan praktis nilai dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada.
5.      Dalam perspektif islam, kreatif dapat diartikan sebagai kesadaran keimanan seseorang, untuk menggunakan keseluruhan daya dan kemampuan diri yang dimiliki sebagai wujud syukur akan nikmat Allah, guna menjadikan/menghasilkan sesuatu yang terbaik dan bermanfat bagi kehidupan sebagai wujud pengabdian yang tulus kehadirat Allah.

  


Sumber: Buku Ajar Akidah Akhlak MA kelas XII K13 Kementrian Agama  Tahun 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar